Jumat, 29 Februari 2008

dEMOkraSI SejaTi dan deMOkraSi SeTan

Kita mendapati bahwasanya Islam menjamin hak-hak individu dan masyarakat, dan ini tidak pernah dipelihara oleh negara-negara kafir yang mengaku demokratis dan menjaga hak-hak manusia. Sebaliknya, justru melanggar hak Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dengan melakukan perbuatan kufur dan syirik. Mereka melanggar hak-hak kaum muslimin dengan cara membunuh kaum muslimin secara massal, mengusirnya serta merampas harta benda mereka. Merubah penegakkan syari’at Allah Azza wa Jalla dengan sanksi sebagai pelaku kriminal. Negara-negara itu melarang penegakkan sanksi dari Allah Azza wa Jalla dan dianggap pelanggar hak-hak manusia. Seakan dalam pandangan negara-negara kafir itu, manusia yang wajib dilindungi hak-haknya adalah pelaku kejahatan, pembuat kerusakan lagi zhalim. Sedangkan (menurut mereka, red) seorang muslim, orang yang terzhalimi dan yang dilanggar hak-haknya, bukanlah manusia yang harus dibela hak-haknya.

Myspace Layouts & CommentsMyspace Layouts @ JellyMuffin.com

Rabu, 27 Februari 2008

"deMoN"_kraSi...


deMokraSi...
("Demon"_krasi)


Semulanya demokrasi menjadi pelita ditengah malam yg gelap...
Sejatinya menjadi sebuah seruan ditengah kezaliman yg terlaknat...
Sejalan menjelma bagi harapan yg menjanjikan untuk kesejahteraan....sesuatu...dan Ragamlah!
PadaNya nyaman dan terlindung bagi Ummat yg terluka, korban berganda;
hipokrit Zaman.
Berayun bersama saling mengikuti dan bergayut pada tujuanNya.
Sediakala maqam_nya digeser oleh Ambisi dan keserakahan, demokrasi telah bertransformasi menjadi rumah bordir yg sangat kotor ;
"mengeram birahi penindasan,menetas Pelacur kemanusiaan".
Maka Seyogjanya Ia tidak lg aman secara tempat berlindung bagi tujuan mulia yang bebas dari nista...
berwujudlah Ia rumah jagal dimana segala sesuatu dimaklumi demi kepentingan kata "bersama"
Yang padanya Demokrasi telah berkonspirasi dengan Agresi, diskriminasi dan Mazhalim.
Sekarang!
Demokrasi = Demoralisasi...
"demon"=setan_kr'e'asi...



Myspace Layouts & CommentsMyspace Layouts @ JellyMuffin.com







"priMitiF koTa"

"primitif kota"

Disebut demikian karena beberapa thn belakangan marak muncul gol atau faham baru yg mencoba menggoyang ummat muslim seperti faham liberalis,pluralis dan sekuleris bahkan tidak asing sebuah nama eksis dengan lebel Jaringan "Islam Liberal"dgn slogan mengusung pemikiran bebas,modernisasi,dll.
kenapa disebut mereka "primitif Kota"karena mereka mengusung kembali zaman Jahiliyah pada zaman sekarang .Pemunculan kembali paham dan pemikiran Jahiliyyah yg dikemas dengan slogan moderenisasi atw pembaharuan islam atw pembaharuan pemikiran Islam yg bertendensi Agama Islam. oleh sekelompok pemikir bobrok(Primitif Kota)

Fahamnya cenderung pada perusakanAqidah dan Syariat Islam, dan menonjolkan barat ( karena emang disupport Yahudi,red) mereka menilai Islam tidak akan maju kalau tdk mengikuti barat. ini merupakan kebodohan yg mengkristal, karena sejak Zaman Jahiliyyah dulu sudah ada faham liberal yg diwarisi turun temurun sampai kini.
namun hanya membawa kehancuran dan bukan kemajuan.

Apalagi kita bisa melihat indikasinya faham liberal yg diusung hampir sama dari dulu sampai sekarang. malah masih banyak memfoto kopi dan mengadopsi faham jahiliyyah,skularis,orentalis,bathinniyah, syi'ah, dan lain2.
Dan memang tidak ada tawaran baru sama sekali dalam faham mereka.mereka hanya berniat dan berkongsi dgn Yahudi untuk menghancurkan islam dan bukan untuk kemajuan Islam.Dan mereka jg lupa Islam tidak Liberal,tapi Rahmatan Lil'alamin dan Universal dan
tidak ada Islam LiBeral.

Primitiflah mereka yg kembali ke zaman Jahiliyyah.


Allah SWT berfirman;

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam,maka sekali-kali tidak akan diterima dan di akhirat termasuk orang-orang yg merugi"
Ali Imran:85
Back

Myspace Layouts & CommentsMyspace Layouts @ JellyMuffin.com


Minggu, 24 Februari 2008

"bANGKAI" pLURALIsME & lIBeRALIsME

SAdARLaH UmMaT MusLim:
Pluralisme dan Liberalisme Agama
merupakan pintu masuk bagi
penghancuran agama itu sendiri
.
Hal
ini sudah menimpa agama Nasrani
ratusan tahun lalu di Eropa dan Amerika, sehingga gereja di sana
banyak yang kosong dan kemudian dijual. Banyak pula orang Eropa dan
Amerika yang mengaku sebagai Kristiani kian lama kian sedikit dan berubah
menjadi agnostik, kaum yang tidak mau tahu soal agama. Inilah buah dari
Liberalisme yang melanda umat Kristiani Eropa dan AS.

Setelah itu, kaum Liberalisme dan Pluralisme yang didalangi oleh apa
yang disebut-sebut Henry Ford sebagai The International Jews ini mengarahkan
sasarannya ke umat Islam dunia. Indonesia sebagai negeri kaum Muslimin
terbesar dunia menjadi tujuan utama gerakan penghancur agama ini. Berkedok
sebagai Islam Pluralis, Islam Liberalis, Islam Damai, Islam
Kultural, dan kedok-kedok lainnya, mereka mencoba mendangkalkan agama
Allah ini.
Selain membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL), mereka juga melakukan
promosi di dunia maya. Salah satunya, mereka membuat situs www.libforall.com
yang awalnya (2003) hanya berbahasa Inggris namun beberapa waktu lalu
telah pula diluncurkan versi bahasa Indonesia. Tujuannya apa lagi jika
bukan untuk memperluas cakupan “jualannya”.
Di halaman pertama kita akan disambut dengan kalimat “LibForAll Foundation
adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan dunia yang damai
berdasarkan nilai-nilai luhur agama di bawah bimbingan dan perlindungan Yang
Mulia KH. Abdurrahman Wahid dan para ulama lain. ”
Masih di halaman yang sama, Associated
Press menulis bahwa CEO LibFor All, Holland Taylor, tengah berupaya
menghimpun tokoh-tokoh Liberalis dan Pluralis ber-KTP Islam di seluruh
dunia untuk membentuk satu jaringan “Muslim Moderat”. Inilah
kalimatnya: “Pendiri-bersama LibForAll C. Holland Taylor sedang menghubungkan
para pemimpin Muslim moderat dalam sebuah jaringan mercusuar di dalam
dunia Islam yang akan mempromosikan toleransi dan kebebasan berpikir dan
beribadah. ”
“Kebebasan beribadah” di sini
diartikan sebagai “Walau Anda Muslim,
Anda bebas memilih mau sholat apa
tidak. Itu terserah kepada Anda”
Sebab, bukan rahasia umum lagi jika
kelompok ini orang-orangnya sering
tidak sholat.
Sholahuddin Wahid, adik
kandung Gus Dur, pernah berkata dalam satu acara, “Saya tahu betul, Gus Dur
itu tidak sholat. ” Yang kelihatan konyol, terdapat satu
kalimat di halaman “Kultur Pop” yang penuh dihiasi tulisan dan gambar band
Dewa-19 pimpinan Ahmad Dhani—yang beribu kandung seorang Yahudi-Jerman—
yang berbunyi: “Kata-kata “Laskar Jihad” berarti “The Warriors of
Jihad. ” Ia juga merupakan nama sebuah kelompok radikal yang telah
bertanggung jawab atas meninggalnya ribuan umat Kristen di Indonesia
timur, Maluku dan Sulawesi baru-baru ini, dan telah mengusir setengah
jutaan lainnya dari rumah mereka. ” Yang membuat konyol bukan soal Laskar
Jihadnya, karena laskar yang ini pun kita tahu betul apa kerjanya ketika
tengah bergelora Jihad di Ambon. Tetapi, kekonyolan yang menganggap
pihak Muslim yang harus bertanggungjawab atas matinya ribuan
umat Kristen di Maluku dan Sulawesi. Padahal, yang memulai konflik, yang
memulai serangan, memulai pembantaian, memulai perkosaan, memulai pengusiran,
di Ambon sama sekali bukan umat Islam, tapi non-Muslim. Betapa naifnya
kalimat itu. Situs ini pun tanpa tedeng aling-aling
menyatakan kelompok Islam Radikal sebagai kelompok yang diilhami Setan.
Lihat saja halaman berjudul “Sebuah ‘Fatwa Musikal’ Melawan Kebencian & Terorisme
Religius”.
Bendera perang telah dikibarkan oleh mereka. Genderang telah ditabuh. Umat
Islam Indonesia harus dididik agar memahami dengan penuh kesadaran agar
bisa menilai mana Islam yang benar dan baik, Islam yang berkiblat ke Makkah,
yang Nabinya bernama Muhammad Rasulullah SAW, dan mana Islam made in
Amerika yang berkiblat ke Washington dan Pentagon, serta nabinya bernama
George W. Bush.
Ini merupakan pekerjaan besar yang harus ditunaikan
oleh orang-orang yang menyandang sebutan Ustadz dan Ulama.
Tinggalkanlah paradigma bahwa umat itu komoditas atau alat untuk mendorong
mobil mogok, yang didekati jika sedang diperlukan, namun ditinggal kabur
ketika sudah tidak dibutuhkan.
Diambil dari Eramuslim

Sabtu, 23 Februari 2008

sAYAp-sAYap lIBeRaLisME

Sesekali bukalah situs www. Libforall. Com, di sana ada sejumlah pengakuan jujur kaum liberalis Amerika dan juga pendukungnya di Indonesia untuk menghantam pemikiran Islam kafaah dan syumuliyah yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Mereka menyebut umat Islam yang ingin menerapkan syariah Allah ini dengan sebutan “Islam Fundamentalis” dan bahkan menyebutnya sebagai “Teroris”.
Situs yang memiliki slogan “Promote the Culture of Liberty and Tolerance Worldwide” (Menyebarkan budaya kebebasan dan toleransi ke seluruh dunia) ini dalam halaman pertamanya memuat misinya yang antara lain memecah-belah kaum Muslimin dengan membedakan antara kaum Muslimin Fundamentalis yang dianggap sama dengan teroris dengan Muslim Tradisionalis yang disebutnya Muslim Moderat.
Jika kita klik enter maka terpampanglah halaman berikutnya yang diawali dengan sebuah kutipan atas pernyataan Abdurrahman Wahid seperti yang pernah dimuat di dalam The Wall Street Journal yang berbunyi: “
“Muslims themselves can and must propagate an understanding of the ‘right’ Islam, and thereby discredit extremist ideology. Yet to accomplish this task requires the understanding and support of like-minded individuals, organizations and governments throughout the world. Our goal must be to illuminate the hearts and minds of humanity, and offer a compelling alternate vision of Islam, one that banishes the fanatical ideology of hatred to the darkness from which it emerged, ” demikian Wahid yang juga menjabat sebagai LibForAll co-founder, patron and board member.
Jadi, menurut “kiai” yang pernah foto bareng sedang memangku Aryanti Boru Sitepu—perempuan bukan muhrimnya ini hanya pakai daster, umat Islam seharusnya menyebarkan ‘kebenaran’ Islam yang sejuk dan menentang pemikiran Islam radikal. Entah, kebenaran macam apa yang dimaksud oleh “kiai” jenis ini.
Di dalam halaman bertajuk “Indonesian Programs” (Program untuk Indonesia) disebutkan bahwa Libforall sejak 2004 mengefektifkan programnya untuk Indonesia yang disebut sebagai satu negara yang memiliki jumlah Muslim terbanyak dunia, dengan menggandeng orang-orang Indonesia yang disebutnya sebagai tokoh-tokoh umat Islam Indonesia yang telah tercerahkan (baca: tentunya dalam pemahaman kamus kaum liberal). Beberapa programnya secara garis besar adalah:
Mendukung berdirinya “Wahid Institute” yang memiliki slogan “Seeding plural and peaceful Islam” dengan ikut mengembangkan pemahaman “Islam Moderat” dan menyebarkan gagasan pembaharan di bidang demokrasi, pluralisme, dan toleransi antara Muslim di Indonesia dan juga di seluruh dunia. Wahid Institute dipimpin oleh puteri tertua Abdurrahman Wahid yakni Yenni Wahid.
Lalu di bagian bawah ada foto Abdul Munir Mulkhan, tokoh liberal dari Muhammadiyah, bersama CEO Libforall Hollan C. Taylor. Abdul Munir Mulkhan ini mendirikan Yayasan Falsafatuna yang menggabungkan pemahaman sufiisme dengan ke dalam materi pendidikan sekolah untuk menghantam pemikiran Islam fundamentalis.
Lalu ada pula Yayasan Darmokusumo yang bermarkas di Yogya yang menggabungkan Islam dengan kejawen. Yayasan Libforall menyokong yayasan-yayasan lokal ini dengan program dan dana.
Ada lagi pernyataan jujur yang mencengangkan. Libforall mengadakan pendidikan bagi anak-anak Islam yang berada dalam kemiskinan, “…agar anak-anak miskin ini menerima pendidikan kesetaraan untuk toleransi, penguatan, dan keterampilan individual, dan juga berempati terhadap agama lain, menghadapi dunia maju. ” Seraya menuliskan kegiatannya ada di Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga merambah anak-anak korban tsunami di Aceh.
Yang cukup membuat surprise, LibForAll Foundation ternyata juga menggandeng salah satu kelompok musik papan atas Indonesia untuk menyukseskan program liberalisasi Muslim Indonesia. Kelompok musik ini bernama Dewa untuk, “…to counter extremist ideology in the world's most populous Muslim nation. ”
Kelompok Musik Dewa
Pertemanan antara Libforall dengan kelompok musik Dewa agaknya sangat istimewa. Jika Wahid Institute hanya disinggung sekali di dalam satu halaman situs ini, maka untuk Dewa disediakan dua halaman khusus (Popular Culture dan Warriors of Love) yang secara cukup lengkap memuat detil program berikut foto-foto yang amat mesra antara para pengusung liberalisme Islam ini.



Bersama dengan Dawn Elder Management, Libforall membentuk satu gugus tugas dalam bidang manajemen kelompok-kelompok musik Islam dan non-Islam dunia untuk menyebarkan paham liberalisme yang dikatakan sebagai toleransi, pluralisme, dan demokrasi.
Salah satu proyek yang digagas mereka adalah merekam dan menerjemahkan lagu “Laskar Cinta” (Warriors of Love) ke dalam bahasa-bahasa dunia antara lain bahasa Arab, Parsi, Turki, Hindi/Urdu, Bengali, Swahili, Mandingue, Hausa, Perancis, Spanyol, Rusia, dan Inggris. Selain menerjemahkan, mereka juga membuat video klip dan juga bertanggungjawab atas distribusinya. Belum cukup sampai di sini, promosi lagu ini juga dilakukan di sejumlah negara dunia yang melibatkan artis-artis top dunia di Eropa dan Amerika.
Dalam situsnya, Libforall diketuai oleh C. Holland Taylor, dan Board of Directors-nya antara lain Abdurrahman Wahid, Ahmad Dhani, dan F. Borden Hanes, Jr. Beberapa orang Indonesia diankat menjadi penasehat Libforall yakni Mustofa Bisri, Amin Abdullah (Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Azyumardi Azra, Abdul Munir Mulkhan, Nasr Hamid Abu Zayd, dan Frans Magnis Suseno.
Mau lebih banyak agenda kaum liberalis untuk menyebarkan pahamnya ke tengah umat Islam Indonesia? Silakan klik www. Libforall. Com.(Rz)

Kamis, 21 Februari 2008

pIKIRAn-PikiRAN mURji'aH Yg SeSaT.

Murji'ah adalah sebuah firqah yang memiliki pemahaman irja`. Maksud irja` ini memiliki dua makna. Pertama. Mengakhirkan. Yaitu mereka mengakhirkan amal dari iman. Dalam arti, bahwa menurut mereka, amal tidak termasuk bagian dari iman. Pendapat ini merupakan kesesatan karena menyelisihi 'aqidah Ahlus-Sunnah. Kedua. Memberikan raja' (harapan). Mereka mengatakan, dengan adanya iman maka maksiat tidak membahayakan. Sebagaimana juga ketaatan itu tidak bermanfaat dengan adanya kekufuran. Anggapan ini juga merupakan kesesatan, karena mereka memandang remeh terhadap nash-nash ancaman yang terdapat dalam Al-Kitab dan as-Sunnah. Para salafush-shalih telah menyatakan kesesatan firqah Murji`ah ini. Az-Zuhri rahimahullah berkata; ''Tidaklah muncul bid'ah di dalam Islam yang lebih berbahaya terhadap pemeluk (agama Islam) dari irja"

Irja` termasuk bid’ah yang keji dan mungkar. Mereka (Murji’ah) telah mengeluarkan amal dari iman. Mereka mengatakan bahwa orang yang meninggalkan amal adalah mukmin yang sempurna imannya. Mereka mengatakan tidak berbahaya bersama iman dosa bagi yang melakukannya. Mereka juga mengatakan bahwa iman sebatas perkataan dengan lisan atau sebatas pembenaran dengan hati. Para ulama salaf telah menganggap mereka sesat. Imam az-Zuhri rahimahullah berkata,"Tidak ada perbuatan bid’ah yang diada-adakan dalam Islam yang lebih berbahaya terhadap agama daripada bid’ah ini.” Yakni bid’ah Irja". Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Murji`ah adalah Yahudinya Ahlul-Qiblat (kaum Muslimin)'. Abu Ja’far Muhammad bin 'Ali bin al-Husain rahimahullah berkata, “Tiada malam dan siang yang lebih menyerupai Yahudi daripada Murji`ah"

“Tidak diragukan lagi, pemikiran ini (Murji`ah) merupakan kebatilan dan kesesatan yang nyata, menyelisihi Al-Qur`an, as-Sunnah dan Ijma' Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah sejak dahulu hingga sekarang. Pemikiran Murji`ah ini membuka pintu bagi orang-orang yang jelek dan rusak untuk lepas dari dinul-Islam dan tidak terikat dengan perintah maupun larangan syari'at, terlepas dari rasa takut maupun khawatir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga menghilangkan sisi jihad fi sabilillâh dan amar ma`ruf nahi mungkar, menyamakan antara orang yang shalih dengan yang thalih (tidak shalih), yang taat dengan yang maksiat, dan yang istiqamah di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan yang fasik yang lepas dari perintah dan larangan syari'at, selama amalan-amalan mereka tersebut tidak mempengaruhi iman sebagaimana menurut mereka..

Selasa, 12 Februari 2008

Rasulullah SAW bersabda:

"Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan.

Semuanya di Neraka kecuali satu."

Mereka (para sahabat) bertanya: Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Jawab beliau:

Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini." (Jami'ul Ushul fi Ahadits Ar-Rasul .Diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya, Al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan)

MEMAHAMI ISLAM

Metode (Manhaj)

"Memahami Islam"

(menghindari Bid'ah dan Perpecahan)

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai manusia yangterlahir dan besar dalam keadaan Islam. Ini merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki. FirmanAllah:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah

Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamabagimu." (Al-Maidah: 3).
Ibnu Katsir dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (Islam)adalah nikmat terbesar Allah atas umat ini, di mana Allah telah menyempurnakan agama ini bagi mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan kepada agama selain Islam dan kepada nabi selain Rasulullah SAW. Oleh karena itu Allah telah menjadikan Muhammad sebagai
penutup para nabi dan mengutus beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi pengahalalan kecuali apa-apa yang telah beliau halalkan dan tidak ada lagi pengharaman kecuali atas apa-apa yang telah beliau haramkan dan tidak ada yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang telah beliau syariatkan. Semua yang beliau sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan di dalamnya sedikit pun.
Dengan ayat ini pula Allah telah menyempurna-kan iman orang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan ataupun pengurangan terhadap syariat agama ini selamanya. Kalau hal ini benar-benar dipegang oleh seorang muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid'ah dan perpecahan dalam agama ini yang mengakibatkan kita memahami Islam tidak seperti yang dikehendaki Allah dan RasulNya.Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar?

Jawabannya adalah jika manhaj (metode) yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal yang akan diterangkan berikut ini:
Kitabullah/Al-Qur'anul Karim Firman Allah:"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.". (Al-An'am: 155).

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam:"Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya ialahKitabullah (Al-Qur'an) yang merupakan tali Allah. Barang siapa mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia dalam kesessatan." (HR. Muslim).As-Sunnah yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan kandunganAl-Qur'an kita memerlukan As-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global.
Allah berfirman:"Dan Kami telah menurunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur'an), agar kamu(Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkannya." (An-Nahl: 44).

Pada hakekatnya segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasulullah juga merupakan wahyu dari Allah sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau dan menjauhi segala larangannya. Firman Allah:Mentaati Rasulullah SAW berarti mentaati Allah. FirmanNya menyebutkan:
"Barangsiapa yang mentaati Rasul maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (An-Nisa':80).

FirmanNya yang lain:"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yangdilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7).

Atsar (jejak) Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rasulullah SAW. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat,kepada siapa ayat itu ditujukan dan bagaimana tafsiran dari ayat tersebut.
Tidak heran bila Rasulullah saw menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaimana sabda beliau:"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku) ..." (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Allah juga telah memberikan keridhaanNya kepada mereka, sebagaimana firmanNya:
"Orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,maka Allah ridha pada mereka dan mereka pun ridha pada Allah, dan Allah janjikan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100).Jika Allah sudah ridha pada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal akidah, akhlak, ibadah maupun muamalah.
Sebagaimana keselamatan ini juga dijamin oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam dalam sabdanya:

"Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di Neraka kecuali satu.
Mereka (para sahabat) bertanya: Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini." (Jami'ul Ushul fi Ahadits Ar-Rasul .Diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya, Al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan).

Beliau juga memerintahkan:"Dan barangsiapa yang hidup di antara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untukberpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigigerahammu." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Atsar (jejak) para tabi'in dan tabi'ut tabi'inTabi'in adalah murid para sahabat, sedangkan tabiu't tabi'in adalah murid para tabi'in. Mereka ini bersama sahabat dikatakan sebagai tiga generasi terbaik. Sabda beliau:"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabatku), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'in), kemudian yang datang setelah mereka(tabi'ut tabi'in)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapat jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: Kenapa dalam Islam terdapat banyak golongan atau paham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah?

Jawabannya adalah: karena masing-masing golongan memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan hawa nafsu atau logika atau perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman Islam kita pada apa-apa yang pernah dipahami oleh salafus shalih, yaitu tiga generasi pertama dari umat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas (yaitu sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in).Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan di atas jalan mereka. Amin.

Mengapa Salafus shalih..

MENGAPA PERLU MENGIKUTI MANHAJ SALAF
disadur dari:Salim Al-Hilali

Menjadi suatu keharusan mutlak bagi setiap muslim yang menginginkan kesuksesan dan merindukan kehidupan yang mulia, serta kemenangan didunia dan akhirat, bahwa dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah yang shahih harus dengan pemahaman manusia terbaik yaitu para sahabat dan tabi'in, serta siapapun yang mengikuti jalan mereka dengan baik hingga hari kiamat. Ini karena tidak pernah tergambarkan sama sekali adanya sebuah fikrah, pemahaman dan manhaj yang lebih benar dan lebih lurus dibanding pemahaman dan manhaj Salafus Shalih.
Oleh karena itu tidak akan pernah bisa baik kehidupan umat yang akhir ini kecuali dengan apa yang telah menjadikan baik generasi awal. Apabila kita teliti dengan seksama dalil-dalil dari Al Qur'an maupun AsSunnah serta ijma' dan qiyas maka bisa disimpulkan dari dalil-dalil tersebut tentang wajibnya memahami Al Qur'an dan As Sunnah dalam bimbingan manhaj Salafush Sholih, karena itu merupakan pemahaman yang disepakati kebenarannya sepanjang abad perjalanan dakwah ini. Oleh karena itu tidak boleh bagi siapa saja sehebat apapun kedudukannya memahami Islam ini selain pemahaman Salaf.
Dan siapapun juga yang membenci pemahaman Salaf lalu menggantinya dengan bid'ah-bid'ah orang belakangan (orang-orang sesudah generasi Salaf ) yang diracuni dengan berbagai pemahaman yang membahayakan dan yang tidak selamat dari pemahaman asing, akan mengakibatkan tercerai-berainya kamu muslimin. Ini adalah hal yang pasti terjadi dan tak bisa diingkari. Maka siapa saja yang mengikatkan diri dengan pemahaman bid'ahnya orang belakang, dia bagaikan seseorang yang mendirikan bangunan ditepi tebing keruntuhan, dipinggir jurang kehancuran dan di lereng kebinasaan.Cobalah simak penjelasan sari dalil dan hujah-hujah berikut ini :

Sesungguhnya Salafus Shalih radhiallahu anhum telah nyata kebaikanmereka baik dalam nash maupun istimbath,
Allah berfirman dalam suratAt-Taubah ayat 100."Dan generasi yang terdahulu dan pertama-tama (mmasuk Islam) diantarakaum muhajirin dan ashar serta orang-orang yang mengikuti mereka denganbaik, Allah telah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah danAllah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungaidi dalamnya mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.
Dengan dalil ayat ini dapat diambil pemahaman bahwa Allah Sang Penciptatelah memuji terhadap mereka yang mengikuti kepada sebaik-baik manusia.Telah diketahui bahwa apabila sebaik-baik manusia itu mengatakan suatuperkataan, kemudian ada seseorang yang mengikuti mereka, maka dia wajibuntuk mendapatkan pujian dan berhak untuk mendapatkan keridhaan. Kalauseandainnya sikap ittiba' mereka tidak membedakan dengan selain mereka(yang tidak ittiba') maka dia tidaklah berhak mendapatkan pujian dan keridhaan. Siapakah sebaik-baik manusia itu? Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an surat Al Biyyinah : 7
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih merekalah sebaik-baik manusia".
Allah berfirman dalam surat Ali Imran : 110 :"Kalian adalah umat terbaik yang telah ditampilkan untuk manusia,kalian telah beramar makruf dan bernahi munkar dan beriman kepadaAllah".
Dari sini kita mendapatkan petunjuk bahwa Allah telah menetapkan keutamaan mereka atas segala umat, dan gelar seutama-utama umat ini mengharuskan mereka istiqamah dalam segala hal. Disamping itu mereka sesungguhnya memang tidak pernah menyimpang dari cahaya yang terang benderang (Al Haq) ini. Sungguh Allah telah menyaksikan bahwa mereka telah beramar makruf dan bernahi munkar dengan penuh keimanan serta mengharap pahala-Nya. Keadaan seperti ini mengharuskan pemahaman mereka menjadi hujjah bagi orang yang datang sesudahnya hingga Allah mewarisi bumi ini beserta apa yang ada diatasnya (hari kiamat, pen.). Apabila konsekwensinya tidak seperti itu, berarti amar ma'ruf dan nahi munkar yang mereka lakukan keliru (tidak dipuji dan diterima Allah). Cobalah fikir dan renungkan....

Senin, 11 Februari 2008

setiap Bid'ah adalah sesat.

Sabda Rasulullah SAW:
"Setiap Bid'ah adalah kesesatan"
Wahai saudaraku kaum Muslimin; hindari waspadalah terhadap bid'ah. PERIKSALAH kembali AKIDAH kita maupun yg berkaitan dengan amal perbuatan dari bahaya bid'ah.
Karena pelaku bid'ah selalu yakin bahwa dirinya berada dalam kebenaran dan kebenaran ada disisinya. Oleh karena itu ia enggan meninggalkan jalan yg ditempuhnya.Oleh sebab itulah bid'ah lebih disukai oleh setan dari pada berbagai macam maksiat dan berbagai dosa besar.Bid'ah itu sama sekali bukan bagian dari agama,maka tidak mungkin Rasulullah SAW dipanggil oleh Allah SWT melainkan beliau menjelaskan perkara bid'ah itu.
Benar bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:"Barangsiapa mengada-adakan hal baru di dalam perkara kami yang tidak ada dalil di dalamnya,maka tertolak."( dirwytkan Bukhari dan Muslim)
"Barangsiapa mengerjakan apa-apa tanpa adanya perintah dari kami,maka perbuatannya itu tertolak." (dirwytkan Muslim)
"
Hendaknya kalian semuanya mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafa Ar-Rasyidin dan petunjuk setelahku.Berpegang teguhlah kepadanya dan 'gigitlah ia dengan geraham'.Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru,karena semua perkara baru itu adalah bid'ah,dan setiap bid'ah adalah kesesatan."(dirwytkan Ahmad,Abu dawut,At-Tirmidzi,Ibnu Majah)
Dalam hadits-hadits tsb adalah peringatan tegas dari tindakan mengadakan bid'ah ,sekaligus peringatan keras bahwa bid'ah itu adalah kesesatan.Peringatan keras bagi umat akan besarnya bahaya yang ditimbulkannya.Menghalau mereka agar segera menjauhinya dan tidak memperbuatnya.
Mengikuti bid'ah adalah tindakan menganggap agama Islam sangat tidak lengkap dan kurang.Dengan demikian sangat dimaklumi bahwa dalam tindakan seperti itu adalah kehancuran yg sngt besar,kemungkaran yg keji,dan penentangan kepada firman Allah SWT dan hadits2 Rasulullah SAW yg sudah jelas melarang bid'ah dan memerintahkan untuk menjauhinya.

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kita untuk ittiba' dan melarang kita untuk melakukan bid'ah.Hal itu karena sempurnanya agama islam ini.Sebagaimana firman Allah SWT berikut;"....Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku,dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu....(Al-Maidah 3)

Kita harus cukup dengan apa-apa yang telah disyariatkan olleh Allah SWT dan Rasulullah SAW yang telah diterima dengan baik oleh Ahlussunnah wal Jamaah dan tabi'in yang ihsan.

Allah SWT berirman;
"sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu (yaitu)bagi orng yg mengharap (Rahmat)Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al-Ahzab:21)

Barang siapa yg menta'ati Rosul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.Dan barang siapa yang berpaling ( dari ketaatan itu),maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[Qs. An-Nisaa'80]

...Apa yang diberikan rasul kepadamu,maka terimalah.Dan apa yg dilarang bagimu,maka tinggalkanlah.Dan bertakwalah kepada Allah,sesungghnya Allah amat keras hukumannya[Qs.Al-Hasyr 7]

Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula)bagi perempuan yang Mu'min,apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,akan ada bagi mereka pilihan( yang lain) tentang urusan mereka.Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,sesat yang nyata.(Qs.Al-Ahzab 36)..............***

Umat Muslim Wajib " Ittiba "

Wajib Ittiba'(Mengikuti)
Al-Quran Dan As-Sunnah& Larangan Bertaqlid Buta
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Para ulama Ahli Sunnah wal-Jamaah yang berpegang kepada manhaj Salafas-Soleh tidak berselisih memutuskan bahawa setiap muslim wajib kembalidan berpegang teguh hanya kepada al-Quran dan as-Sunnah. Berdasarkandalil-dalil dari kedua-dua kitab tersebut ulama telah berfatwa sertamembuktikan akan wajibnya setiap mukmin mengikuti, patuh, mentaati atau
kembali (ittiba') kepada al-Quran dan as-Sunnah.

Meninggalkan taqlid buta kemudian kembali atau mengikuti al-Kitab yang diistilahkan sebagai ittiba' adalah dasar kemurnian Islam dan hakikatkeimanan (kesempurnaan iman seseorang mukmin).

Menurut istilah ittiba' ialah:"Ittiba': Ialah apa yang telah ditetapkan yang di atasnya ada hujjah(dalil)."Hujjah yang dimaksudkan dalam ittiba' ialah hujjah dari syara iaitudari al-Quran dan as-Sunnah (al-Hadith yang sahih).
Mengamalkan taqlid buta dalam agama Allah adalah perbuatan yang salah.
Apa yang diwajibkanoleh syara ialah ittiba' kerana tidak akan menjadi muslim yang sebenarsesiapa yang tidak redha mengikut (ittiba') apa yang telah didatangkan :
oleh Allah melalui rasulNya sebagaimana firmanNya

:"Sesungguhnya jawapan orang-orang mukmin bila mereka diseru kepadaAllah dan rasulNya agar rasul menghukum di antara mereka ialah ucapan:Kami mendengar dan kami patuh. Mereka itulah orang-orang yangberuntung." An-Nur, 24:51.

"Hendaklah kamu sekalian kembali kepada al-Quran ini.
Apa yang kamu dapati telah dihalalkan di dalam al-Quran maka halalkanlah dia dan apa yang kamu dapati telah diharamkan di dalam al-Quran maka haramkanlah dia. Sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah s.a.w adalah sama juga sebagaimana yang telah diharamkan oleh Allah."

Dalam mentaati ketegasan ayat dan hadith di atas maka setiap mukmin sewajarnya memohon kepada Allah agar dihindarkan dari dijangkiti penyakit dan sikap buruk orang-orang munafik dan musyrikin yang bukan saja suka menentang tetapi juga mencoba menghalang manusia dengan berbagai-bagai alasan agar tidak berittiba' kepada kitab Allah.

sebagaimana firman Allah:
"Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah kamu (tunduk/kembali/ittiba')kepada apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada rasul, nescaya kamu lihat orang-orang munafik menghalang-halangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mengikuti) engkau." An-Nisa, 4:61.

Di dalam kitab Imam Syafie yang masyhur "Ar-Risalah" beliau telah menekankan melalui fatwanya:"Tidak akan ada perselisihan hukum Allah dengan hukum RasulNya malah semestinya beriltizam dengannya dalam setiap hal (perkara).
"Nas al-Quran dan kenyataan Imam Syafie di atas amat jelas menunjukkan bahawa setiap persoalan hukum ahkam agama wajib (tunduk) berittiba'kepada al-Quran dan al-Hadith.

Menolak al-Hadith sama juga seperti menolak al-Quran kerana kedua-duanya merupakan wahyu yang wajib diimani kemudian dipatuhi tanpa sedikitpun keraguan.

. Firman Allah:
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemahuan hawanafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya)." An-Najm, 53:3-4.

Terdapat banyak hadith-hadith sahih yang mewajibkan agar para mukmin berittiba' kepada al-Kitab.
Bagaimanapun seseorang yang mahu berittiba'kepada al-Kitab (al-Quran dan al-Hadith) semestinya mengikut cara yang betul dan selamat, yaitu dengan manhaj Salaf as-Soleh berserta uslubnya(metodnya) sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Abdulrahman Al-Auzaie:"Berkata Imam Al-Auzaie:
Hendaklah engkau berpegang dengan athar salaf walaupun engkau ditentang oleh manusia. Aku peringatkan engkau (agarberjaga-jaga) pada pendapat manusia walaupun mereka mempersonakan engkau dengan kata-kata yang indah-indah (kata-kata yang menarik atau memikat)."Pandangan, pendapat atau fikrah manusia bukanlah wahyu Ilahi yang boleh dianggap seratus persen selamat dari kekeliruan, kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu tidak sepatutnya diangkat martabatnya sehingga dijadikan mazhab yang wajib ditaati dan tidak boleh dipertikaikan. Membantah dan membatalkan hujjah-hujjah manusia yang didatangkan oleh fikiran atau ijtihad mereka tidak akan menyebabkanseseorang itu berdosa lebih-lebih lagi jika sudah nyata ia bertentangan dengan al-Kitab. Sebaliknya menentang dan meninggalkan walaupun satu hujjah dari al-Kitab lantaran bertaqlid buta, ta'sub dan ghulu kepada satu-satu mazhab tertentu adalah perbuatan yang mungkar, menyalahi syara dan disepakati oleh jumhur ulama sebagai perbuatan bid'ah yang menyebabkan kekufuran.

Minggu, 10 Februari 2008

Rujukan dan bantahan Bid'ah

Beberapa rujukan dari pelaku bid’ah serta bantahannya:
--------------------------------------------------------------------
Dan pada masa sekarang banyak terjadi di kalangan umat Muslim yang memahami adanya bid’ah hasanah ( bid’ah yg baik) maka hal ini tak lepas dari dua hal,

_1 Bukan bid’ah tetapi disangka bid’ah
._2 Bid’ah yang buruk tetapi diketahui keburukannya.( dan diabaikan))

Segala sesuatu yang diklaim sebagai bid’ah hasanah, maka itulah jawabannya . sehingga tidak ada jalan masuk bagi ahli bid’ah untuk menjadikannya bid’ah hasanah. Karena ditangan kita pedang tajam dari Rasulullah SAW yaitu;( setiap bid’ah adalah kesesatan). Pedang tajam itu dibuat di dalam ‘Pabrik kenabian’ dan dimasa turunnya risalah. Jadi tidak ada dan tidak mungkin namanya bid’ah hasanah ada, sadarlah wahai saudaraku kaum Muslimin. Pergunakanlah dan ingatlah pedang tajam dari Rasulullah SAW itu selalu, seperti sabdanya;

“Setiap bid’ah adalah kesesatan”

Kemudian ada betikan yg mengatakan tentang apa yg dikatakan Umar bin Al-khaththab RA. Ketika ia memerintahkan kepada Ubay bin Ka’ab dan Tamin Ad-Darami di bulan Ramadhan agar melaksanakan shalat dengan orang banyak, maka ia keluar ketika orang-orang melaksanakan shalat dengan dipimpin oleh seorang imam, maka ia berkata,

“ sebaik-baik bid’ah adalah ini, tetapi orang-orang yang tidur dulu lebih baik daripada mereka yang melaksanakan sekarang ini”

Maka seharusnya kita memahami bid’ah yg dimaksud oleh Umar RA “bid’ah paling baik” itu adalah bid’ah yg tidak termasuk kedalam bid’ah yg dimaksud oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya ( setiap bid’ah adalah kesesatan). Akan tetapi , Umar dengan kata-katanya “ bid’ah paling baik” adalah berkumpulnya semua orang kepada seorang imam, atau dengan kata lain mengajak orang shalat tarawih berjemaah dengan satu imam dimesjid, karena sebelumnya mereka terpecah-pecah.Dan ingat qiyamu Ramadhan berjemaah dimesjid adalah sebagian dari sunnah Rasulullah SAW .

Dan hakikatnya : tidak boleh bagi seorang untuk melawan sabda Rasulullah SAW dengan perkataan apapun.Tidak pula dengan perkataan Abu Bakar, Umar,Utsman,Ali yg merupakan orang paling utama,kedua,ketiga dan keempat setelah Nabi; dan tidak pula dengan perkataan orang lain, karena Allah SWT berfirman,

“…..Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” ( An-Nuur: 63)

Kemudian orang mengatakan,”banyak barang-barang bid’ah yang diterima di kalangan kaum muslim dan mereka melakukannya, padahal semuanya itu tidak dikenal di zaman Rasulullah SAW, seperti sekolah,penyusunan buku, fasilitas tehnologi dan lain sebagainya.Bid’ah-bid’ah semacam itu telah dianggap baik oleh kaum muslimin dan mereka melakukannya. “Mereka juga berpendapat bahwa semua itu termasuk sebaik-baik pekerjaan, maka bagaimana bias dikumpulkan antara hal-hal semacam itu yang telah hampir menjadi konsensus di antara kaum muslim dengan sabda panglima,nabi,dan utusan Rabb sekalian alam,

“Setiap bid’ah adalah kesesatan”

Maka jawabannya; Kita harus mengatakan bahwa sebenarnya semua itu bukan bid’ah,namun sarana yang sesuai dengan syariat. Sarana akan selalu berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu yang lain. Maka kaidah dan Akhlaklah yang akan menentukan sarana menjadi tujuan sesuai dengan syariat yang baik atau tidak. Haram atau Halal.bermanfaat atau mudharat.

Dan sebahagian orang yang mempertanyakan sabda Rasulullah Saw,

“Barangsiapa menetapkan dalam Islam sunnah yang baik, maka baginya pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya hingga hari Kiamat.” diriwayatkan Muslim) shahih muslim1017

Maka Jawabannya; Sesungguhnya orang yg mengatakan ,” barangsiapa yg menetapkan syariat yg baik dalam Islam”, dia adalah orang yg mengatakan “setiap bid’ah adalah kesesatan” . Tidaklah mungkin dari seorang yg jujur dan terpercaya muncul kata-kata yg mendustakan kata-katanya yg lain.
Barangsiapa yg menyangka bahwa firman Allah SWT atau kata-kata Rasulullah SAW saling bertentangan,maka hendaklah dia melakukan peninjauan ulang.Karena sangkaan demikian itu muncul hanya karena salah satu dari dua hal:

+_ kepicikan, atau+_ kesembronoannya

Renungkanlah …apa mungkin terjadi pertentangan di dalam kata-kata Allah SWT atau didalam kata-kata Rasulullah SAW.

Adapun kandungan yg tersimpan dalam hadits tersebut ; sebagai jawaban yg lain adalah, “ Barangsiapa yg menghidupkan kembali sunnah yg pernah ada ,lalu menghilang ,lalu menghidupkan kembali.”Dengan kata lain adalah Orang yg mengamalkannya sebagai pelaksanaan dan bukan sebagai pensyariatan,karena pensyariatan adalah terlarang. Setiap bid’ah adalah kesesatan.

disadur dari; "kumpulan tanya jawab Bid'ah dalam Ibadah" disusun oleh; Hammud bin Abdullah Al-Mathr

Pengertian Bid'ah

Hal Yang Baru Ini Tidak Berlandaskan Syari'at, Baik Secara Khusus Maupun Umum


Ibnu Hajar berkata: "Dan yang dimaksud sabda nabi "Setiap bid'ah itu adalah sesat", yaitu sesuatu yang diada-adakan, sedangkan dia tidak mempunyai dalil syar'i, baik dalil khusus maupun umum." Beliau juga berkata: "Dan hadits ini (yaitu hadits : Barangsiapa mengada-ada sesuatu dalam urusan agama kami ini yang padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka di tertolak) termasuk kaidah yang utama dalam agama Islam, karena sesungguhnya orang yang mendatangkan sesuatu yang baru dalam agama ini, padahal tidak termasuk dalam salah satu pokok (ajaran Islam), maka dia akan tertolak." Definisi Bid'ah dalam Syari'at . Dari uraian di atas, maka kita bisa menentukan pengertian bid'ah secara syari'at, yaitu hal-hal yang memenuhi tiga batasan di atas.


Sesuatu Yang Baru Disandarkan Kepada Agama


Al-Ihdats (Mengada-ada) Sesuatu yang Baru : Dalil syarat ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam "Barang siapa mengada-ada (sesuatu yang baru)." Dan sabdanya: "Dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid'ah." Jadi yang dimaksud al-ihdaats adalah mendatangkan sesuatu yang baru, dibuat-buat, dan tidak ada contoh sebelumnya. Maka masuk di dalamnya: segala sesuatu yang diada-adakan, baik yang tercela maupun yang terpuji, baik dalam agama atau bukan. Dan dengan batasan ini maka yang tidak diada-adakan tidak dapat disebut bid'ah misalnya melaksanakan semua syi'ar agama seperti shalat fardlu, puasa ramadlan, dan melakukan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti makan, pakaian dan lain-lain.

Pengertian Bid'ah Menurut Syari'at


Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata dalam khuthbahnya : Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Muhammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat dan setap kesesatan itu (tempatnya) di neraka.". Dan jika telah jelas dengan kedua hadits ini, bahwa bid'ah itu adalah al-mubdatsah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama), maka hal ini menuntut (kita) untuk meneliti makna ibda' (mengada-adakan dalam agama) di dalam sunnah.


Pengertian Bid'ah Dalam Segi Bahasa


Berarti sesuatu yang diciptakan (diadakan) tanpa ada contoh sebelumnya. Makna ini sebagaimana dalam firman Allah.“Katakanlah, “Aku bukanlah rasul pertama diantara para rasul” . Makna ini juga terdapat dalam perkataan Umar Radhiyallahu ‘anhu. “Sebaik-baiknya bid’ah” . Juga dalam perkataan para imam lainnya seperti Imam Syafi’i, “Bid’ah itu ada dua, bid’ah yang baik dan bid’ah yang tercela, jika sesuai sunnah, maka itu yang baik, tapi kalau bertentangan dengannya, maka itulah yang tercela”. Ibnu Rajab berkata, “Adapun yang terdapat dalam perkataan ulama salaf yang menganggap baik sebagian bid’ah adalah bid’ah dalam pengertian bahasa. Bukan bid’ah dalam pengertian syari’at.


Bid"ah masuk dalam kemaksiatan...

Sisi Perbedaan Antara Bid'ah Dengan Maksiat

Sisi Perbedaan Antara Bid’ah Dengan Maksiat, diantaranya : Dasar larangan maksiat biasanya dalil-dalil yang khusus, baik teks wahyu (Al-Qur’an , As-Sunnah) atau ijma’ atau qiyas.

Berbeda dengan bid’ah, bahwa dasar larangannya –biasanya dalil-dalil yang umum dan maqaashidusysyarii’ah serta cakupan sabda Rasulullah ‘Kullu bid’atin dhalaalah’ (setiap bida’ah itu sesat).

Bid’ah itu menyamai hal-hal yang disyari’atkan, karena bid’ah itu disandarkan dan dinisbatkan kepada agama. Berbeda dengan maksiat, ia bertentangan dengan hal yang disyariatkan, karena maksiat itu berada di luar agama, serta tidak dinisbatkan padanya, kecuali jika maksiat ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, maka terkumpullah dalam maksiat semacam ini, maksiat dan bid’ah dalam waktu yang sama.

Hubungan Antara Bid'ah Dengan Maksiat

Kesamaan Bid’ah Dengan Maksiat : Keduanya sama-sama dilarang, tercela dalam syari’at, dan pelakunya mendapat dosa.

Maka sesungguhnya bid’ah masuk di dalam kemaksiatan [lihat Al-Itisham 2/60].

Dengan tinjauan ini, setiap bid’ah adalah maksiat, tapi tidak setiap maksiat adalah bid’ah. Keduanya bertingkat-tingkart, bukan satu tingkatan saja, karena –menurut kesepakatan ulama- maksiat itu terbagi dalam kemaksiatan yang bisa membuat pelakunya kafir, dan kemaksiatan yang sifatnya kaba’ir (dosa-dosa besar) dan shagha’ir (dosa-dosa kecil) [lihat Al-Jawaabul Kaafi 145-150],
begitu juga bid’ah terbagi menjadi beberapa tingkatan.

Sabtu, 09 Februari 2008

Bid'ah wajib ditentang!!!

BID'AH WAJIB DITENTANG

Disadur ulang oleh buYa dari tulisan:Rasul Dahri
-----------------------------------------------------------------------
Setiap mukmin wajib menentang dan menghapuskan amalan bid'ah melalui sunnah bukan dengan akal, kerana akal bukan hujjah atau senjata untukmenghapuskan kemungkaran bid'ah. Kewajipan untuk memerangi gerakan bid'ah telah dijelaskan oleh Syeikhul Islam Ibn Taimiyah:"Seseorang yang membantah ahli bid'ah adalah mujahid, sehingga Yahayabin Yahaya
berkata: "Pembelaan terhadap sunnah lebih baik daripada jihad".
Bid'ah adalah perbuatan yang sesat, aktivis bid'ah akan terus berdosadan sesat selagi tidak bertaubat dan tidak meninggalkan bid'ahtersebut. Jika ia mengajak orang lain untuk sama-sama melakukannya, danorang yang diajak mematuhinya sehingga melakukan bid'ah tersebut, iaakan mendapat habuan dosa yang sama banyaknya. Malah jika ada orangyang meniru perbuatan bid'ah yang dikerjakan itu, ini juga akanmenyebabkan ia menerima dosa kesesatan yang sama, tidak akandikurangkan walaupun sedikit. Perkara ini telah dijelaskan oleh NabiMuhammad s.a.w sebagaimana hadithnya
:"Dan sesiapa yang mengajak (orang lain) ke jalan kesesatan, dia akanmenanggung dosa yang sama terhadap dosa-dosa orang yang mengikutinyadengan tidak mengurangi sedikitpun dosa itu dari dosa-dosa mereka". H/RMuslim, Abu Daud dan at Turmizi.
Kewajipan setiap Mukmin ialah patuh atau taat terhadap agamanyamengikut landasan yang telah ditetapkan oleh syara' sebagaimana yangterdapat di dalam al-Quran dan al-Hadith tanpa ditambah ataudikurangkan. Melanggar ketaatan agama dan mengkhianatinya dengan caramencoba mempercantik lagi, menokok-nambah, mengubah- suai dan memasukkancara-cara sendiri ke dalam agama adalah perbuatan bid'ah yang mungkar.Melakukan bid'ah samalah seperti mencemarkan kesucian agama Islam yangkamil. Ibn Masoud telah menasihatkan orang-orang yang beriman:
"Hendaklah kamu menurut (mentaati) dan janganlah kamu melakukan bid'ah,maka jika kamu tinggalkan sunnah Nabi kamu, pasti kamu akan sesat.
Allah SWT berfirman:

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berleluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali". AN NISAA', 4:115.
Mencintai Allah dan RasulNya bukanlah dengan cara membangkang(menentang) atau merusakkan agamaNya dengan menambah beberapa amalan,mengubah-suai, coba menperindah mengikut dengan selera masing-masing danmemasukkan amalan-amalan yang diciptanya sendiri ke dalam agama untukmenjadikan ciptaannya itu sebagai agama, disetarafkan dengan agama ataudisenilaikan dengan syariat Allah s.w.t.Amat keji perbuatan ulama yang menyamakan amal ciptaannya dengan syariat Allah, kemudian mencampur-baurkan amal-amal ciptaannya denganagama Allah semata-mata untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya.
Amat terkutuk si pencipta amal-amal bid'ah tersebut termasuklah para pengikutnya, kerana pada hakikatnya mereka telah membohongi ummahd engan bermodalkan agama.Sesiapa yang mendakwa bahwa bid'ah yang dicipta itu baik, diterima oleh Allah atau setanding dengan agama Allah, maka orang-orang seperti ini merupakan dajjal dan pembohong besar yang menggunakan agama dan nama Nabi Muhammad s.a.w untuk kepentingan dirinya. Segala penipuan mereka itu akan dibalas oleh Allah di akhirat dengan api neraka sebagaimana penjelasan dari hadith Nabi Muhammad s.a.w:
"Sesiapa yang dusta (pembohong) atas (nama)ku, maka hendaklah dia bersiap sedia menerima tempat duduknya dari api neraka". Hadithmutawatir.
Allah mewajibkan setiap Mukmin agar sentiasa patuh dan taat, tidakmelakukan kesyirikan dan tidak pula membatalkan segala amal ibadah mereka dengan perbuatan bid'ah. Ini telah diperingatkan oleh Allah melalui firmanNya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah RasulNyadan janganlah kamu rusakkan (membatalkan) amalan kamu". MUHAMMAD,47:33.

Antara puncak kerusakan akidah dan pembatalan amal ialah kejahilan tentang kesempurnaan syara', sehingga tidak mentaati Allah dan RasulNya sebaliknya mematuhi seruan ahli bid'ah. Akhirnya senang bertaklid buta,ghulu terhadap pemikiran atau pendapat guru dan fanatik kepada sesuatu mazhab tertentu sehingga patuh dan mentaatinya tanpa mengetahui betul atau salah. Kejahilan menjadikan seseorang tidak menyadari apakah amalannya melibatkan bid'ah atau tidak, kerana lazimnya bid'ah yang dikerjakan kelihatan indah, cantik dan diasyikkan oleh syaitan sehingga menyeronokkan dan kelihatan seperti suatu ketaatan kepada Allah danRasulNya.
Ketaatan yang dimaksudkan oleh ayat di atas ialah mentaati Allah danRasulNya dengan "tidak melakukan penambahan (bid'ah)" terhadap agamaAllah yang sempurna ini. Sebaliknya wajib patuh dan menerimanya tanpa ada persoalan, tidak mengubah, tidak menambah atau mengubah-suai supaya dijauhkan dan diselamatkan dari melakukan bid'ah dhalalah.
Allah telah berfirman tentang hal ini:"Apa saja yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu hendaklah kamu terima dan apa saja yang dilarangnya hendaklah kamu meninggalkannya".ALHASYR, 59:7

Manusia diharamkan masuk campur dalam urusan agama. Agama adalah persoalan amal ibadah yang hanya milik Allah dan ditentukan oleh Allah.Setiap amal ibadah adalah urusan Allah, manusia tidak tahu cara yang bagaimana yang dikehendaki dan diterimaNya kecuali setelah ditentukan sendiri oleh Allah dan RasulNya. Oleh sebab itu adalah haram dan bid'ah dhalalah hukumnya masuk campur, mencipta atau mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama Allah.

Haram dan kufur hukumnya seseorang yang membangkang atau merasa sesuatu yang tidak kena pada agama ini sehingga mau melakukan sesuatu penambahan atau perubahan. Allah s.w.t telah memberi peringatan kepada manusia agar tidak mempertikaikan, tidak merasa ada kekurangan dan tidak pula membangkang agama Islam yang telah mereka anuti. Melakukansesuatu terhadap agama akan menyebabkan terjadinya perbuatan bid'ah yang menyesatkan, akibatnya akan mendapat azab yang pedih di akhiratkelak. Allah s.w.t telah memberi peringatan dengan firmanNya:
"Awaslah bagi mereka yang membangkang apa yang telah dipertanggungjawabkan kepada mereka, kerana mereka akan ditimpa fitnah atau akan menyebabkan mereka mendapat azab yang pedih". AN NUR, 24:63
Tanda cinta kepada Allah dan RasulNya hanya apabila seseorang itu mentaati segala penentuan syara' yang terdapat di dalam agama ini.Jumhur ulama salaf menghukum kufur bagi sesiapa yang sengaja mencipta sesuatu yang boleh menjadi khilaf, membangkang dan mempersoalkan segala penentuan Allah yang terdapat di dalam agamaNya.Melaksanakan ibadah, apapun bentuknya, masanya, situasinya dan caranya mestilah mengikut contoh yang telah diajarkan, dilakukan dan ditetapkanoleh Allah dan RasulNya di dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Apa yang dianggap kebaikan dalam persoalan ibadah jika tidak ada suruhan,keizinan dan contoh dari syara', maka itu semua tidak dapat dinamakan sebagai sesuatu yang hasanah (baik), sebaliknya kelainan seperti itu merupakan bid'ah yang direka-reka, sekalipun amalan bid'ah tersebut kelihatan sempurna, menarik atau indah. Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya untuk kamu dari Rasulullah sudah ada contoh yang baik".AL AHZAB, 33:21.

Sebab-sebab Bid'ah

Sebab-Sebab Bid'ah

Sesungguhnya bentuk kesalahan yang menyebabkan munculnya bid’ah adalah karena kebodohan tentang Sunnah, posisi qiyas dan tingkatannya, juga tentang gaya bahasa Arab.

Kebodohan terhadap hadits mencakup kebodohan tentang hadits-hadits shahih dan kebodohan menggunakan hadits-hadits dalam penentuan hukum Islam.
Dimana yang pertama berimplikasi kepada hilangnya hukum, padahal dasar hukumnya adalah hadits shahih, sedang yang kedua berdampak pada tidak dipakainya hadits-hadits shahih dan tidak berpedoman kepadanya, bahkan digantikan posisinya dengan argumen-argumen yang tidak dibenarkan dalam syari’at.

Sedangkan kebodohan terhadap qiyas dalam penentuan hukum Islam adalah yang menjadikan ulama fikih generasi khalaf yang menetapkan qiyas dalam masalah-masalah ibadah dan menetapkannya dalam agama terhadap apa yang tidak terdapat dalam hadits dan amal, padahal banyaknya kebutuhan untuk mengamalkannya dan tidak ada yang menghalanginya.

Antara Bid'ah Dan Ahlu Bid'ah

Setiap yang memahami kajian yang lalu, ia mesti mengetahui dengan jelas perbedaan antar perkataan kami tentang suatu masalah yang baru, yaitu “ Ini Bid’ah”, dan hukum kami kepada perlakunya bahwa dia “Ahlu Bid’ah”!
Sebab hukum atas amal yang baru bahwa dia sebagai bid’ah, adalah hukum yang berlaku sesuai kaidah-kaidah ilmiah dan ketentuan-ketentuan ilmu ushul, yang dari mempelajari dan mengaplikasikannya muncul hukum tersebut dengan jelas dan nyata.
Adapun pelaku bid’ah tersebut maka boleh jadi dia seorang mujtahid sebagaimana telah disebutkan. Maka ijtihad seperti ini meskipun salah tidak dapat dikatakan pelakunya itu sebagai ahli bid’ah. Dan boleh jadi pelaku bid’ah itu orang yang bodoh maka dinafikan darinya –karena kebodohannya- cap sebagai ahlu bid’ah,

namun dia berdosa karena melalaikannya mencari ilmu, kecuali jika Allah berkehendak. Boleh jadi juga terdapat kendala-kendala yang menghalangi orang yang jatuh kepada bid’ah sebagai ahlu bid’ah.

Cara Ahlul Bid'ah Beragumentasi

Setiap (kelompok) yang menyimpang dari Sunnah namun mendakwahkan dirinya menerapkan Sunnah, mesti akan takalluf (memaksakan diri) mencari-cari dalil untuk membenarkan tindakannya (penyimpangan) mereka. Karena, kalau hal itu tidak mereka lakukan, (perbuatan mereka) mengesampingkan Sunnah itu sendiri telah membantah dakwaan mereka.

Setiap pelaku bid’ah dari kalangan umat Islam ini mengaku bahwa dirinya adalah pengikut Sunnah -berbeda dengan firqah-firqah lain yang menyelisihinya- hanya saja mereka belum sampai kepada derajat memahami tentang Sunnah secara utuh.

Hal itu mungkin karena tidak dalamnya pemahaman mereka tentang perkataan bahasa arab dan kurang paham maksud-maksud yang dikandung Sunnah. Atau, mungkin juga karena tidak dalamnya pemahaman mereka dalam hal pengetahuan kaidah-kaidah ushul.

Antara Adat dan Bid'ah

Antara Adat Dan Ibadah

Ini adalah sub kajian yang sangat penting yang membantah anggapan orang yang dangkal akal dan ilmunya, jika bid’ah atau ibadah yang mereka buat diingkari dan dikritik, sedang mereka mengira melakukan kebaikan, maka mereka menjawab :

“Demikian ini bid’ah ! Kalau begitu, mobil bid’ah, listrik bid’ah, dan jam bid’ah!” Sebagian orang yang memperoleh sedikit dari ilmu fiqih terkadang merasa lebih pandai daripada ulama Ahli Sunnah dan orang-orang yang mengikuti As-Sunnah dengan mengatakan kepada mereka sebagai pengingkaran atas teguran mereka yang mengatakan bahwa amal yang baru yang dia lakukan itu bid’ah seraya dia menyatakan bahwa:

“asal segala sesuatu adalah diperbolehkan”.

Ungkapan seperti itu tidak keluar dari mereka melainkan karena kebodohannya tentang kaidah pembedaan antara adat dan ibadah.

Bahaya Bid'ah! dan Akhir kesudahannya...


Akhir Kesudahan Ahli Bid'ah

Pelaku bid’ah diharamkan dari minum seteguk air yang nikmat dari tangannya Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan dari telaganya yang mana telaga itu lebih putih dari salju dan lebih manis daripada madu.
Maka sungguh telah benar dari hadits Anas Radhiyallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

" Benar-benar suatu kaum dari umatku akan ditolak dari telaga sebagaimana unta asing ditolak (dari kerumunan unta)”, maka aku berkata :
“Ya Allah itu adalah umatku”, maka dikatakan :
“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu”. Maka demikianlah kesudahan akhir ahli bid’ah baik pada masa lampau atau masa sekarang, (Semoga Allah melindungi kita dari akhir kematiaan buruk seperti mereka).

Maka apakah sadar mereka para ahli bid’ah pada setiap zaman dan tempat pada buruknya tempat kembali mereka?

Sesungguhnya Bid'ah juga merupakan racun berbahaya yang menghancurkan kekuatan kaum muslimin, melumpuhkan gerakan mereka dan merenggut barokahnya, bukanlah pedang-pedang orang kafir yang berkumpul mengadakan tipu daya terhadap Islam, pemeluknya dan negaranya, akan tetapi dia adalah bakteri penyakit yang keji yang merebak di dalam tubuh Islam yang besar dalam waktu yang sangat lambat akan tetapi terus menerus dan efektif (berdaya guna).

Hal ini menegaskan bahwa penamaan orang-orang Yahudi terhadap negara Islam dengan nama " laki-laki yang sakit " sangat tepat sekali, karena merekalah yang menanamkan bakteri syahwat dan virus syubhat ke dalam tatanan negara Islam, kemudian tumbuh dan berkembang di dalam pemeliharaan dan pembinaan mereka serta meminum air susu mereka sampai tak tersisa.

Macam-Macam Bid'ah

Macam-Macam Bid’ah

Muhammad Afifuddin As-Sidawi

PEMBAGIAN BID'AH

Bid'ah dibagi oleh para ulama dengan pembagian yang bervariasi menurutsudut pandang masing-masing. Diantara sekian banayak pembagian yangdiberikan para ulama adalah:

I. BID'AH HAQIQIYYAH DAN BID'AH IDLAFIYYAH

1.Bid'ah haqiqiyyah
adalah suatu bid'ah yang tak ada dalilnya darisyariat, baik dari Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma' qiyas dan tidak puladari keterangan yang mu'tabar di kalangan ulama baik secara globalapalagi terperinci.Contoh:a. Menghalalkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya,seperti berzina, minum khamr, riba dan lain-lain.b.

Mengharamkan perkara halal, seperti seseorang yang mengharamkandirinya untuk makan daging, nikah dan lain-lain.Banyak di kalangan para ulama yang sudah berbicara tentang bid'ah inidan hampir seluruh pembicaraan mereka tentang bid'ah seringkali yang dimaksud adalah bid'ah haqiqiyyah, sehingga kebanyakan kaum muslimin telah paham terhadap jenis ini kecuali orang-orang yang telah dikuasai hawa nafsunya.

2. Sedang bid'ah idlafiyyah
adalah bid'ah yang dilihat dari satu sisiada asalnya dalam syariat, tetapi dari sisi lain (tata caranya) tak adasama sekali dalam syariat.Supaya lebih jelas, perhatikan contoh di bawah ini:

a. Shalat raghaib, yaitu shalat dua belas rakaat pada malam Jum'atpertama di bulan Rajab dengan tata cara tertentu yang tidak ada asalnyadari syariat.Kalau dilihat dari asalnya, shalat malam adalah amal yang mustahab(disukai).
Akan tetapi dari sisi pengkhususan waktu dan penetapan tatacara tertentu, perbuatan tersebut adalah bid'ah karena tidak adapenetapannya dalam syarat. Oleh sebab itulah Imam Nawawi menyatakan:
"Shalat Rajab dan Sya'ban adalah dua perkara yang jelek lagi tercela."(Fatwa Imam Nawawi 26)

b. Shalawat dan salam dari pihak muadzin setelah adzan dengan suarakeras dan dijadikan seperti kedudukan lafadz adzan.Shalawat kepada Rasulullah pada asalnya adalah masyru', tetapi karenadilakukan dengan cara-cara tertentu dan waktu-waktu tertentu maka iamenjadi bid'ah. Oleh karena itu Ibnu Hajar Al-Haitami ketika ditanyatentang masalah ini mengatakan: "Asal (shalawat) adalah sunnah, tetapikaifiyahnya (cara dan bentuknya) adalah bid'ah." (Fatwa FiqhiyahAl-Kubra 1/131. lihat Ilmu Ushulil Bida' 150).

c. Istighfar dan dzikir setelah shalat berjama'ah dalam satu suara.Istighfar adalah amal dan dzikir yang disukai oleh Allah dan Rasul-Nya,tetapi karena dikerjakan dengan kaifiyah dan keadaan tertentu maka iamenjadi bid'ah.
Perlu diperhatikan bahwa kalau ada seseorang mengingkariperbuatan-perbuatan di atas, maka yang diingkari adalah kaifiyah danwaktu-waktu tertentu yang ditetapkannya (yakni sisi bid'ahnya). Adapundzikir, shalat dan yang lainnya tidaklah diingkari.

Hal ini dikuatkan oleh atsar dari Sa'id bin Al-Musayyib."Sesungguhnya dia melihat seorang laki-laki yang shalat setelah terbitfajar lebih dari dua rakaat dengan memperpanjang ruku dan sujudnya,maka Sa'id bin Al-Musayyib pun melarangnya. Serta merta laki-laki tadi berkata: "Wahai Abu Muhammad (Sa'id), apakah Allah akan menyiksakud engan sebab shalat?" Sa'id menjawab:
"tidak, akan tetapi Allah menyiksamu karena menyelisihi sunnah." (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqidalam Al-Kubra 2/466, Abdur Razzak 3/53. Ad-Darimi 1/116 dan yang lain,Syaikh Ali Hasan mengatakan:b "Sanadnya shahih.
Lihat Ilmu Ushul Bida'71)Al-Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani hafidhahullah dalam kitabnyaIrwaul Ghalil 2/236 mengomentari atsar ini dengan ucapannya:
"Ini adalah jawaban yang sangat bagus dari Sa'id bin Al-Musayyibrahimahullah dan merupakan senjata tajam atas ahlu bid'ah yang sering menganggap baik perbuatan bid'ah dengan lebel dzikir dan shalat,kemudian mereka mengingkari ahlus sunnah yang mengingkari perbuatan mereka dan menuduh ahlus sunnah mengingkari dzikir dan shalat.

Padahal ahlus sunnah sebenarnya hanya mengingkari penyimpangan mereka (ahlulbid'ah) dari sunnah dalam dzikir, shalat dan yang semisalnya."Bid'ah model ini tidak dipahami oleh banyak umat sehingga merekamengerjakan perbuatan-perbuatan di atas dalam keadaan yakin bahwa mereka mengerjakan amalan-amalan masyru' (disyariatkan).
Ketika perbuatan mereka diingkari dan dilarang, mereka marah campur kagetl antas berkata: "Dzikir kok bid'ah, shalat kok bid'ah" dan kalimat yang senada dengan itu. Kemudian yang perlu ditegaskan lagi disini adalah bahwa kalau ada orang yang mengingkari amal-amal tersebut, itu maksudnya dia mengingkari sisi bid'ahnya, baik yang berbentuk tatacara, waktu-waktu tertentu, maupun keadaan-keadaan tertentu.

Adapun asal amalnya, seperti dzikir, shalat dan sebagainya sama sekali tidak diingkari olehnya.

II. BID'AH AMALIYAH DAN BID'AH I'TIQADIYYAH

1. Bid'ah amaliyyah
adalah "mensyariatkan suatu ibadah dalam agama yangtidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya". (Fatwa Sa'diyyahhal. 63-64 lihat Mauqif Ahlus Sunnah Ala Ahlil Ahwa Wal Bida' 102)Berarti seluruh amal ibadah yang tidak pernah diperintahkan olehsyariat baik perintah wajib maupun sunnah, maka amalan tersebut termasuk dalam bid'ah model amaliyyah.

Untuk mengetahui bid'ah amaliyyah dapat dilihat dari beberapa segi yangsemuanya berhubungan dengan bid'ah idlafiyyah yang telah tersebut diatas:

a. Sesuatu yang ditambahkan pada ibadah masyru'ah, seperti menambahkan satu rakaat pada shalat Dhuhur, atau Ashar dan lain-lain.

b. Bid'ah yang terjadi pada sifat-sifat ibadahnya seperti dzikir dengancara berjam'ah dalam satu suara.

c. Mengkhususkan waktu ibadah pada waktu-waktu tertentu yang tidakpernah dikhususkan oleh syariat.Seperti: Mengkhususkan puasa dan qiyamul lail pada Nisfu Sya'ban, danlain-lain.

2. Bid'ah i'tiqadiyyah
adalah: "Meyakini sesuatu yang bertentangandengan apa yang diyakini oleh Rasulullah dan para shahabatnya baikkeyakinan tersebut disertai oleh amal atau tidak." (Al-Ibda' fiMadlarril Ibtida' 45, lihat Mauqif 102)

Masuk dalam kategori bid'ah ini adalah bid'ah Khawarij, Jahmiyyah,Syiah Rafidlah, Murjiah, Mu'tazilah, Asy'ariyyah dan juga cabang-cabangdari bid'ah-bid'ah ini dan lain-lain.Termasuk pula dalam bid'ah model ini bid'ah dalam bentuk fikrah(pemikiran) seperti bid'ah ikhwaniyyah, quthubiyyah dan lain-lain.Seluruh bid'ah-bid'ah di atas berbeda tingkat kebid'ahannya, menurutjauh dekatnya dengan syariat agama. (Mauqif Ahlus Sunnah 102)

Cara Mengetahui Bid'ah

CARA MENGETAHUI BID'AH

Setelah tadi disebutkan beberapa argumen tentang keharusan untuk mengetahui bid'ah, berikut ini ada beberapa cara untuk mengetahui bahwa sesuatu itu bid'ah:

1. Semua ucapan atau perbuatan atau keyakinan yang menentang sunnahs ekalipun dari hasil ijtihad. (point-point yang disebutkan ini adalahucapan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dari kitabnya AhkamulJanaiz hal. 306)

2. Semua amal yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allahtetapi telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.Seperti mengkhususkan puasa atau qiyamul lail pada hari Jum'at.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

"Sungguh janganlah salah seorang di antara kalian pausa hari Jum'atkecuali dia puasa sehari sebelumnya atau sesudahnya." (Bukhari 1985,Muslim 1144, Abu Daud 2420, Tirmidzi 743 dan Ibnu Majah 1723)

Puasa pada asalnya merupakan amal yang bisa mendekatkan diri kepadaAllah, tetapi karena dikerjakan dengan sifat tersebut, maka dia menjadibid'ah yang tidak akan mendekatkan diri pelakunya kepada Allah.

3. Semua amal yang tidak mungkin disyariatkan kecuali dengan nash dalildan amal tersebut tidak ada nashnya dalam syariat maka amal itu bid'ah,kecuali kalau amal tersebut telah dikerjakan berulang-ulang olehseorang shahabat tanpa ada yang mengingkari.Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan:

"Tidak boleh bagi setiap orang yang diilhami (pendapat/ide, ed.) suatu perbuatan baik untuk mengamalkannya sampai dia mendengar atsar tentang perbuatan itu. Kalau dia sudah mendengar atsar maka dia amalkan dan dia memuji Allah karena amalnya mencocoki apa yang ada dalam hatinya." (Al-ba'its 108. lihat IlmuUshulil Bida' hal. 78-79)

4. Adat istiadat orang-orang kafir yang digabungkan dalam amal ibadah.Iman As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Amru bil Ittiba' hal 141 menjelaskan:

"Dan termasuk kebid'ahan dan kemungkaran adalah tasyabbuh (menyerupai)orang-orang kafir dan mencocoki mereka dalam perayaan-perayaan haribesar mereka...."Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam kitabnya Ilmu Ushulil Bida' hal. 81menegaskan:

"Contoh yang paling masyhur dan tersebar di kalangan ummatadalah peringatan maulid Nabi yang diada-adakan oleh mayoritas kaummuslimin yang bodoh. Padahal mereka dalam hal ini bertasyabbuh kepadaYahudi dan Nashrani yang juga mengadakan peringatan-peringatan danperayaan-perayaan seperti ini.

5. Suatu amal yang dinashkan oleh sebagian ulama (terutama ulamamutaakhirin) sebagai amal mustahab (disukai), tetapi tidak ada dalilnya.Seperti yang dinukil oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar hal.276 dari Abu Al-Hasan Al-Qazwaini bahwa dia berkata:

"Termasuk amalan yang mustahab adalah seorang musafir membaca surat (Al-Quraisy), karena dapat menjaga dia dari semua kejelekan." Dan hal ini disepakati oleh Imam Nawawi! Menanggapi hal itu, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalamSilsilah Al-Ahadits Ad-Dla'ifah 1/374 berkomentar:

"Perbuatan ini adalah tasyri (membuat syariat) dalam agama tanpa dalil kecuali hanyasekedar anggapan! Darimana dia mengatakan kalau hal itu merupakan penjagaan dari segala kejelekan! Pendapat-pendapat yang tidak ada dasarnya dari Al-Qur'an dan sunnah seperti inilah yang menyebabkansyariat-syariat berubah dalam keadaan yang kita tidak menyadarinya.Kalau saja Allah tidak menjamin untuk menjaganya."

6. Semua amal ibadah yang kaifiyyahnya (cara) ditetapkan dengan hadits maudlu' atau dlaif.Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Amru bil Ittiba' hal. 166 ketika menjelaskan tentang shalat raghaib mengatakan:

"Ketahuilah! bahwapengagungan hari ini dan malam ini (sepekan pertama bulan Rajab)diada-adakan dalam Islam setelah tahun 400 H. Telah diriwayatkan dalamhal ini hadits yang telah disepakati kepalsuannya oleh para ulama.
Riwayat itu berisi tentang keutamaan puasa dan qiyamul lail pada hariitu dan mereka namakan shalat Raghaib...!"Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dari kitabnya Hajjatun Nabi hal.102 mengatakan: "...
Dan hadits maudlu' atau yang tidak ada asalnyakadang-kadang tidak banyak diketahui oleh para fuqaha, sehingga merekameletakkan hukum berdasarkan hadits-hadits maudlu' tadi. Inilah inti terjadinya bid'ah dan perkara-perkara baru."

7. Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam beribadah.

8. Semua ibadah yang dimutlakan oleh syariat dan diqaidkan (diikat)oleh sebagian orang dengan ikatan-ikatan tertentu, seperti tempatnya,waktunya, sifatnya, atau bilangannya.
Imam Abu Syamah dalam kitabnya Al-Ba'its fi Inkaril Bida' wal Hawaditshal 165 mengatakan:

"Tidak boleh mengkhususkan ibadah-ibadah padaw aktu-waktu yang tidak dikhususkan oleh syariat, karena semua amal kebajikan di setiap waktu adalah sama. Tidak ada kelebihan khusus yang dimiliki oleh sebagian waktu kecuali waktu-waktu yang memang diutamakan oleh syariat dan ditetapkan ibadah khusus pada waktu itu, seperti:puasa pada hari Arafah (bagi yang tidak menunaikan ibadah haji,) puasaAsyura' (10 Muharram), shalat di tengah malam dan yang lainnya....Walhasil, seorang mukallaf (yang dibebani syariat) tidak mempunyai haquntuk mengkhususkan suatu ibadah karena itu semata-mata adalah haqsyari' (peletak syariat), dan seperti inilah sifat ibadah Rasulullahshallallahu `alaihi wa sallam." (Lihat Ilmu Ushulil Bida' 89)Di dalam kaidah ushul dikatakan:

"Semua yang dimutlakkan oleh syariat(harus) diamalkan secara mutlak apa adanya dan tidak boleh diikat atau dibatasi dengan batasan tertentu." (Ilmu Ushulil Bida' 89)9.


Adat ia tiadat dan khurafat-khurafat yang tidak masuk akal dan samasekali tidak ada dalilnya dalam syariat, sekalipun diamalkan oleh orang-orang bodoh dan dijadikan sebagai suatu syariat atau sunnah.
Contohnya adalah seperti acara "Sekaten" yang banyak dilakukan olehmasyarakat Indonesia, terutama di sekitar daerah Solo dan Yogyakarta.Kemudian hari raya ketupat yang banyak dilakukan oleh orang-orang bodohtentang agama ini, yaitu adat istiadat membuat ketupat sepekan setelahlebaran dan dijadikan sebagai adat yang tidak boleh ditinggalkan,sehingga terkesan masuk dalam bagian hari Raya Iedul Fitri.

disadur dari tulisan: Muhammad Afifuddin As-Sidawi