Rabu, 19 Maret 2008

Sebab-Sebab menyelisihi SunNah.

SEBAB-SEBAB MUKHALAFATUS SUNNAH
(MENYELISIHI SUNNAH)

Syaikh Ahmad Salam dalam kitabnya Ma Ana Alaihi Wa Ashha¨by, hal. 130menjelaskan: "Bila ada seorang Muslim menyelisihi ¨sunnah Rasulullahshallallahu `alaihi wa sallam, maka perbuatan ¨itu tidak lepas dari 3 sebab:
a. Kemaksiatan semata.
b. Kesalahan dalam memahami sunnah atau berijtihad.
c. Mengikuti syubhat-syubhat, hawa nafsu dan dasar-dasar pijakan yang rusak.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

A. Kemaksiatan

Orang yang melakukan perbuatan maksiat adalah orang yang ¨menyelisihi hadits Rasulullah saw. ¨
Allah swt berfirman:
...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. ¨Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.... (Al-¨Hasyr: 7)

Rasulullah saw bersabda:
Apa yang aku larang kalian (untuk meninggalkannya), maka tinggalkanlah. Dan apa yang aku perintahkan kalian (untuk mengerjakannya), maka laksanakanlah semampu kalian.... (HR. Bukhari,¨7288 dan Muslim 1337)

Ibnu Rajab Al-Hanbali ra berkata:
"Barang siapa ¨meyakini kewajiban taat kepada Rasulullah saw, namun dia menyalahi sunnahnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan ia mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat, maka dia akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan. Oleh sebab itu Imam Ahmad biasa berdoa:
"Ya Allah, Muliakanlah kami dengan ketaatan dan jangan engkau hinakan kami dengan kemaksiatan..."
(Al-Hikamul Jadirah bil Idza'ah,hal. 36; Lihat Ma Ana ¨'Alaihi Wa Ashhabi, hal. 131)


B. Salah dalam berijtihad

Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan: "Adapun menyalahi ¨beberapa sunnah Rasulullah saw karena kesalahan tanpa unsur kesengajaan disertai kesungguh-sungguhan untuk mengikuti sunnah,seperti yang terjadi di kalangan ulama dan orang-orang shalih, maka hal itu bukan termasuk perbuatan dosa.Bahkan jika terjadi karena hasil ijtihad, maka pelakunya mendapatkan satu pahala sebab ijtihadnya dan diampuni kesalahannya..."
(Al-Hikamul Jadirah Bil Idza'ah, hal. 40-41; ¨Lihat Ma Ana 'Alaihi WaAshhabi, hal. 133)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan: "Perlu diketahui ¨bahwasanya tidak ada seorang pun dari para ulama yang diterima oleh umat sengaja menyelisihi salah satu sunnah Rasulullah saw. Karena mereka semua telah bersepakat tentang kewajiban ittiba' kepada sunnah Rasul saw. Akan tetapi bila didapati salah satu pendapat mereka menyelisihi hadits shahih, maka pasti dia mempunyai udzur untuk meninggalkan hadits tersebut..." (Majmu' ¨Fatawa, 20/232)

Udzur tersebut telah dijelaskan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara panjang lebar dalam kitabnya Raf'ul Malam An-¨Aimmah Al-A'lam,hal. 9-35.
Di antaranya:
Hadits tersebut belum sampai kepadanya.
Hadits tersebut telah sampai kepadanya, tapi menurutnya hadits itul emah.
Hadits tersebut telah sampai kepadanya, tetapi dia lupa.
Dia tidak memahami maksud hadits tersebut.
Dia meyakini hukum yang tersebut dalam hadits itu telah dimansukh (dihapus).


C. Mengikuti hawa nafsu dan syubhat-syubhat

Mengikuti hawa nafsu dan syubhat adalah sebab yang paling pokok dan dominan di dalam penyelisihan terhadap sunnah Rasulullah saw. Hal ini banyak dijumpai pada ahlul bid'ah, karena mengikuti hawa nafsu merupakan ciri khas mereka. Mereka menentang sunnah Rasulullah saw dengan alasan karena tidak masuk akal, menyelisihi madzhab atau yang lainnya.

Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan:

"Barang siapa menyelisihi sunnah Rasul saw, karena mengikuti hawa nafsu/syubhat dan mereka itu adalah ahlul bid'ah, maka mereka semua akan merasakan kerendahan dan kehinaan menurut kadar mukhalafahnya terhadap sunnah Rasul saw.
Allah Subhanahuwa Ta`ala berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sesembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. (Al-A'raaf:152)

Sedangkan ahlul bid'ah semuanya adalah orang-orang yang berdusta atas nama Allah. Allah telah menjadikan orang-orang yang mengharamkan apa yang Dia halalkan dan menghalalkan apa yang Dia haramkan sebagai orang yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah. Maka barangsiapa berbicara atas nama Allah tentang apa yang tidak dia ketahui, berarti dia telah mengada-adakan kedustaan atas Allah.
Oleh sebab itu balasan seorang pelaku bid'ah lebih keras daripada pelaku maksiat. Karena pelaku bid'ah adalah orang yang ¨berdusta atas nama Allah dan menyelisihi sunnah Rasulullah dengan hawa nafsunya"
(Al-Hikamul Jadirah Bil Idza'ah, hal. 39-40; Lihat ¨Ma Ana 'Alaihi WaAshhabi, hal. 134)



Myspace Layouts & Comments

Tidak ada komentar: